Bila aku terserang kutuk,
Mohon jangan sudahi
Mohon jangan sudahi
Di jarak pagar-pagar yang dibangun
Persimpangan akal yang logis
Yang berceloteh sadis
Runtuh kemarin lusa
Besok aku rakit lagi
Hanya untuk ditebar saat pagi
Persimpangan akal yang logis
Yang berceloteh sadis
Runtuh kemarin lusa
Besok aku rakit lagi
Hanya untuk ditebar saat pagi
Kita bermain-main dirumpun serumput
Kata-kata yang dipilih
Berharap-harap tak luput
Agar masing-masing dari kita terpilih
Kata-kata yang dipilih
Berharap-harap tak luput
Agar masing-masing dari kita terpilih
Sepah-sepah serapah
Yang kita liurkan pada orang
Pungut-pungut semanggut
Pemulung sandi yang kita lempar seadanya
Yang kita liurkan pada orang
Pungut-pungut semanggut
Pemulung sandi yang kita lempar seadanya
Makin dekat
Makin dekat
Makin nekat
Makin dekat
Makin dekat
Makin nekat
Makin dekat
Makin dekat
Makin nekat
Makin dekat
Makin nekat
Makin dekat
Makin dekat
Makin nekat
Makin dekat
Makin dekat
Makin nekat
Aku bisa mencium parfummu
Dari selipan kain-kain tebal
Kau belit, kau selit,
Hingga lehermu terlilit
Tidak perlu dari hidungku
Cukup dari tulisan
Dari selipan kain-kain tebal
Kau belit, kau selit,
Hingga lehermu terlilit
Tidak perlu dari hidungku
Cukup dari tulisan
Tinggal menunggu
Dibalik lapis-lapis kaca
Mata itu, lagi.
Dibalik lapis-lapis kaca
Mata itu, lagi.
Sepahit-pahit aku berbisik
Tertanya
Pucuk tulisanku memang hanya padamu
Tertanya
Pucuk tulisanku memang hanya padamu
Medan, 27 November 2016
Afif Nabawi
0 komentar:
Posting Komentar