Dalam Silam

Author: Afif /

Pada dirimu yang mengais manja
Menerka-nerka di dalam silam
Bila kau membaca ini
Semoga kau mengerti
Bila tidak, kau tidak cerdas
Kau kan tidak mungkin tidak cerdas
Kau orang paling cerdas
Maka simak ini, sesiap fakta pedas

Apa salah menjadi diri sendiri?
Lalu apa salah menjadi disukai?
Lalu bila kau menyendiri
Diantara kata-kata yang disandar
Tak sadar kau sudah melukai?

Aku menjadi aku
Maaf, tetap salah
Aku menjadi berani
Maaf, aku lancang
Aku menjadi hilang
Maaf, aku tak jelas
Aku menjadi pintar
Maaf, aku serakah
Aku menjadi bodoh
Maaf, aku tak mengerti
Aku menjadi baik
Maaf, aku membosankan
Aku menjadi garang
Maaf, aku terlalu liar

Aku pinta kau lupa bersyukur
Agar nanti, anakmu bertanya
Apa arti kata tulus?
Lalu kau jawab
Maaf, kata itu terlalu halus
Kau tidak butuh itu

Lantas aku berdoa kau mengharap
Agar nanti, Ibumu bertanya
Siapa yang paling tulus?
Lalu kau jawab
Maaf, orang itu terlalu halus
Kau tidak butuh itu

Tiada tahu tanpa dikira
Aku berbisik ambisius
Semoga kau tidur
Sebelum tidur
Sesudah tidur
Saat tidur
Tersesal sampai jiwamu mundur

Setelah kau sadar hatimu ada,
Lalu kau pikir aku berterimakasih
Atas kau begitu sempurna?

Kurasa memang aku harus berterimakasih,
Selagi kau serasa pintar
Selagi aku serasa terputar

Kuharap kau menangis hingga gemetar


(Kau pikir kau mengenalku? pikir lagi, aku yakin dirimu pintar)

Medan, 22 November 2016
Afif Nabawi

Membatalkan Kiamat

Author: Afif /

Membatalkan kiamat
Suara parau ibu-ibu
Memanggil anaknya yang kaku
Lirih angin berbisik keramat
Nak, duniamu sedang kiamat

Kemudian para pemuja
Bersujud, masih munafik
Tidak peduli mereka seperti tinja
Yang mereka harap
Silap selamat
Namanya juga kiamat

Pemikir keras masih menggumam
Apa ada neraka?
Apa ada surga?
Tidak sadar tidak pedar
Mereka mati duluan
Dasar biduan buku!

Uang jadi ampas
Awas kau lepas terhempas
Rumah, kuda, pagar, pedang
Ditinggalkan usang
Dulu orang berujar uang
Sekarang orang menukar doa

Agama bertukar
Entah siapa tuhan entah apa kitab
Mengutuk waktu juga sukar
Masa ini, masa kau hisab

Selamat hinggap penyesalan
Kami sedang sibuk
Membatalkan kiamat


Medan, 11 September 2016
AfIf Nabawi

Doa Pendendam

Author: Afif /

Selamanya hidup ini menunggu
Bilamana kita termangu
Aku berharap sampai terisak
Kau teriak mengusir mendesak
Dendamku belum mendarat

Kau yang pinta
Aku yang pungut
Lama-lama aku jadi pingiran
Dipingit lamunan
Untuk apa bertahun bersua?

Aku berdoa kau menangis di bawah kakiku
Doaku akan didengar, nenek tua!

Terbunuh mentah mati tersesal
Semoga kau begitu

Kau memang anjing sejati


Medan, 2 November 2016
Afif Nabawi

Sepertiga Malam

Author: Afif /

Manusia bumi
Belajarlah menikmati sunyi
Mimpimu adalah hidupmu tiap malamnya
Hidupmu adalah mimpimu tiap paginya 

Kapan terakhir kali kau bicara?
Aku lupa kapan
Dulu kau ingin hilang, sekarang kau ingin ramai
Aku pun begitu
Kurasa kita lakukan apa yang kita suka
Sedikitnya murka
Semoga tidak ada yang luka

Aku selalu mengingat
Kau selalu melupakan

Kau selalu mengingat
Aku selalu melupakan

Jiwa jiwa yang menyalahkan
Tuhan jua yang menyatakan

Sepertiga malam semakin gelap
Para pemuja sedang bersyukur
Lalu apa yang harus dilakukan pendurja seperti kita?

Kita berlabuh di sekat pengap
Berharap terikat, makin tercekik
Makin gelagap
Waktu waktu yang gelap
Dan tempat tempat yang gelap
Apa kita telah berpulang?

Yang ku tahu
Kita sedang bunuh diri
Tersembunyi
Matinya termasuk 


15 September 2016
Afif Nabawi

Mati Suri

Author: Afif /



Aku berpikir terlalu sering
Bersedih terlalu sering
Mengumpat terlalu sering
Aku mati terlalu banyak 

Aku tidur terlalu banyak
Makan terlalu banyak
Bermain terlalu banyak
Aku hidup terlalu sering

Sebentar lagi aku mati suri


Medan, 10 September 2016
Afif Nabawi

Garis

Author: Afif /





Kau, aku dia dan mereka
Adalah api yang ingkar pada lilin

Merebus logika
Satu demi satu
Ragu demi ragu
Tiap pilihan adalah seteguk kematian
Hanyut
Yang lain congkak merangkak
Mistis, seraya kita sujud
Kepada tuhan dan para perawan
Yang dengan lugu kita syukuri
Dari dulu itu melulu
Sadar sembari memaklumi

Apa cinta sebegitu diamnya?
Apa menunggu sebegitu muramnya?

Garis antara kau, dia, mereka, yang manapun
Siapa sajalah
Luntur setitik, sebaris, semasa
Apa yang kita pikirkan?

Mengejar cerita yang di ulur keadaan
Atau hanya kerinduan atas sebuah ciuman?

Ku harap aku temukan garisku, dan garismu.


Medan, 1 Juni 2016
Afif Nabawi

Sajak untuk Jalang

Author: Afif /





Perempuan, jangan kau keluar malam
Pada malam yang tumpul
Para lelaki mencari dempul
Di balik sayut mereka hanyut
Mengejar nafsu mencari susu
Kepala panas badan tidak jelas
Lengkaplah bagi kami
Haus, haus
Kami kejar sampai kenyang birahi

Perempuan, jangan kau keluar tubuhmu
Banyak lekuk kami tak bisa tunduk
Bila kau memang jalang
Muram bila kau lelang
Pinggangmu melenggang
Kami menatap kepayang

Perempuan, jangan kau keluar tangis
Kalau memang kau dikekang
Terjebak tegun
Bersabarlah
Yang pantas akan mengagumimu
Yang berandal akan memburumu
Mengganjal, marah, lapar keadilan?
Bukankah tabah nama depanmu

Bila dikata seni, kau marah
Bila dikata makanan, kau marah
Bila dikata rumah, kau marah
Bila dikata setengah, kau marah
Bila dikata manusia, kau bilang kuranglah

Jadi kau makhluk apa?


Medan, 25 Mei 2016
Afif Nabawi

Satu Putaran Alun

Author: Afif /




Diguyur remang di lembabnya alun petang
Siapa kira kau datang

Mohon maaf aku tertantang

Antara umpet dan umpat, aku dijepit remah-remah kesempatan.
Berjumpa keriput di matamu dan keringat di leherku.

Berpura sembunyi dari dosa, sambil menyantap dirimu penuh rasa.

Medan, 18 Mei 2016
Afif Nabawi

Berbincang dengan Waktu

Author: Afif /





Waktu yang belum terjemput
Tercecah rongrong seraya menyusut
Minta disusun minta diusut
Apa hanya aku yang terhasut?


Sapaan, saat masa masih belia
Sekejap seruput kopi di belak sore
Cepat, singkat, tidak tahu diri
Baru kali ini ia belajar
Melambat, makin tersumbat
Waktu, kau sudah jinak


Jangan-jangan jangan kau manja
Berpura berbisik lamunan lesu
Jangan sampai kau ambil orangku!
Aku tumbuh mereka tumbang
Aku sembuh mereka timpang


Haruskah aku berbayar padamu?
Membeli menit-menit yang kau tabung sampai kembung


Antara aku yang ditangis
Atau kau yang diemis



Medan, 15 Mei 2016
Afif Nabawi

Rantai Makanan

Author: Afif /



Tidak ada kerja
Kerja jadi apa
Apa bisa kaya?
Kaya harta tapi sepi
Sepi tapi kaya juga senang
Senang senang lupa kawan
Kawan sapalah aku
Aku jadi beban
Beban bukan negara
Negara aku tak peduli
Peduli apa mereka padaku
Padaku aku malu
Malu sendiri
Sendiri sampai mau muntah
Muntah, muntah yang banyak
Banyak tidur aku hampir meninggal
Meninggal nanti aku bagaimana
Bagaimana keluarga?
Keluargaku cukup
Cukup satu wanita?
Wanita beribu aku mabuk
Mabuk kerja sampai beranak
Beranak berapa aku nanti?
Nanti aku pakai pakaian bagus
Bagus tampangku bagus jodohku
Jodohku... mungkin sedang diambil orang
Orang kaya, orang fana, aku tak perduli
Perduli dengan apa aku dihidup
Dihidup ini aku cuma sebentar
Sebentar tawa, sebentar tangis
Tangisku di malam
Malam itu, malam ini aku cuma tidur
Tidur kali ini aku mimpi
Mimpi kosong, sampai besok
Besok aku sibuk tidak?
Tidak ada kerja


Medan, 10 Mei 2016
Afif Nabawi

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.