Sesaat di Keabadian

Author: Afif /



Sesaat di keabadian
Mencicip buah-buah terlarang
Namun tidak terbuang terluntang
Mendosa segratis-gratisnya

Bolehkah jadi pemuda yang liar?
Tidak tahu namun tata krama
Tidak membabu karena karma
Tahunya hidup dan makan tahu

Menjilat aspal segegasnya
Menginjak lembar buku-buku bodoh
Mematahkan jarum jam
Tidak usah peduli, tidak akan dikibuli

Rajamlah, hinalah, kejarlah
Kami muda dan kami bebas
Kami bergerak dan kami hancurkan
Kami tertawa dan kami hidup

Kami tarik baju baju wanita
Kami simpan dan jadikan piala
Kami terjang telanjang meradang
Kami adalah binatang

Hanya usia yang jadi aparat
Kami tak peduli kalian jadi keparat
Kami mencicip keabadian
Diatas kalian yang hidup dalam kepalsuan

Untuk kalian yang dengki
Dengarkan senandung kami
Setiap malam setiap pulam
Sampai kerongkongan kering
Kami berteriak beriring

Nikmati masa muda, orang tua kalut!


Medan, 20 Desember 2015
Afif Nabawi

Danau Perak

Author: Afif /



Dirasuk dingin
Setengah lagi beku
Setengah lagi sadar
Sepenuhnya menikmati
Menambal pori-pori
Menambah momen terberi

Danau perak terombang
Menyisir gelombang petang
Semujur mereka mengayun
Membusur
Memeranjat
Melankolia memanjat

Disini
Tidak sunyi

Sendiri
Tidak sepi

Sudah saatnya tunduk
Pada keserasian penguasa Alam atas dan langit bawah
Mungkin mengekor takdir
Bukanlah pasrah
Susuri jalan, sasari langkah
Mungkin akan tersesat
Di depan kebahagiaan
Siapa menahu
Jadi ombak di danau perak

Semua sudah terlambat, cinta
Terseret dan tersenyum
Seirama
Bersama


Medan, 18 Desember 2015
Afif Nabawi

Pembunuh

Author: Afif /



Dia adalah pembunuh yang paling berdosa
Keji
Brutal
Kental
Dia bersembunyi di hembus gelap
Di bisik-bisik remang
Tidak dalam sunyi
Hanya di setiap bunyi
Dia terseret insting
Bukan di saat genting
Rongrong pedih dia berpacu lagi
Dibumbui ragi-ragi
Dia membunuh
Membunuh
Itu kerjanya itu jayanya

Disaat mangsanya tiba
Euforia menggelinjang
Pontang panting
Ke kiri dan kanan
Cemas akan ketiadaan
Lunglai menghadap harap

Dia berjihad di ubun kepalanya
Meneriakkan birahi dan hasrat
Menampung tangis mengucur curam
Tak perlu harum subur
Dia hanya ingin gugur

Di tangannya terhimpit pisau
Di sela borgol mengapit
Jangan salah
Dia tak terlepas
Tidak akan bernapas

Waspadalah perawan perawan polos
Kalian dilarang mengumpat
Duduk diam dan saksikan
Perjaka kalian yang remuk disisihkan

Kenalkan
Dia adalah pembunuh yang paling berdosa
Dia membunuh perasaannya sendiri
Mereka makanannya
Lahap
Berkali-kali
Sampai wafat
Di dalam kubur
Yang malaikatpun enggan mendatangi
Pembunuh yang pasrah

Akhir cerita siapa peduli
Maka dia bunuh diri
Biarkanlah dia mati sendiri
Karena dia itu aku


Medan, 15 Desember 2015
Afif Nabawi

3 Permintaan

Author: Afif /



"Sebutkan 3 permintaanmu serigala hina!"

Terimakasih
Aku akan minta kesehatan
Bersih
Untuk orang-orang terkasih
Dan diriku tentu saja, bodoh
Siapa yang mau jatuh jatuh sakit sakit
Biar ada tampan
Biar ada rupawan
Biar terincar perawan
Makan berpuluh lepeh daging juga tidak apa
Tidak membulat
Umur kami panjang
Makan lagi jalan-jalan lagi
Penuhi itu, bodoh

Aku akan minta uang
Jangan sampai uang itu habis
Aku mau membeli kebahagiaan
Soalnya ia tidak pernah diskon
Apalagi cuci gudang
Kalau sudah begitu semua orang cium mencium
Mengerti kan?
Tiga mobil belum cukup untuk bokongku
Aku mau lima
Rumahku jangan sampai kecil
Biarkan atapnya terbuka!
Aku mau mengintip bintang di langit tidurku
Penuhi itu, bodoh

Lalu untuk yang ketiga
Aku mau minta 50 permintaan lagi
Penuhi itu, bodoh
Karena jodoh bukan salah satunya
Tidak perlu kau menangis
Bodoh. Bodoh. Bodoh
Penuhi itu sampai kau pintar
Dasar bodoh
Pantaslah kau gila berjodoh


Medan, 14 Desember 2015
Afif Nabawi

Lilin yang Bunuh Diri

Author: Afif /



Lilin-lilin menjalin
Dipilih dan dipilin
Aku terjerat pekat di antara
Apa yang ku damba
Apa yang ku hamba
Setiap tetesan meleleh lentik
Menghembuskan jentik
Ingin menetap tak hinggap bertahan
Aku masih belum apa-apa

Menyusur terjal alur hangatnya
Bertemu lendir-lendir yang juga meluncur
Turun bersama dalam pengorbanan
Lilin, lilin itu
Yang sedang bunuh diri

Sesamanya, semujurnya diri
Menerangi namun wafat sendiri
Agar terang dan terlihat
Wajah-wajah berlekuk pulas
Memelas paksa
Mengharap tanpa siksa
Sudah berapa dentum
Darah yang membujur
Kebawah
Semati kebebasan
Malah mati

Aku lakukan apa yang harus kulakukan
Sembari memoles perih
Maka rajamlah aku sekali
Sebelum aku hidup kembali

Dan jangan lupa memeluk sebelum membunuh


Medan, 8 Desember 2015
Afif Nabawi

Negeri Pribadi

Author: Afif /



Menepi
Sejenak saja
Di pojok ujung negeri pribadi
Renung relung dari kejauhan
Agar bisa bernafas
Sepintas hela

Cuma di negeri ini
Yang sempit, gelap dan harum
Berteman debu bergenggam waktu
Aku menjadi aku
Sehitam ruang ini

Dunia luar perihal peran sandiwara
Aku bermain dengan puas
Jadi siapapun, ladeni saja
Karena negeriku, ruangku,
Aku disitu

Jauhkan aku dari dirimu
Karena ruangku adalah ruangku

Jangan masuk, untuk kali ini saja!


Medan, 1 Desember 2015
Afif Nabawi

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.