Rahasia

Author: Afif /



Sudah terlalu banyak rahasia yang kutahan 
Dan kusimpan

Aku mau meledak
Sekarang

Aku mau melanjutkan puisi ini
Tapi aku enggan
Habis puisi ini juga rahasia
Jadi kutahan sahaja

Medan, 10 Juni 2015
Afif Nabawi

Ketika Damai Jual Mahal

Author: Afif /



Langkah sepi
Luntang beriring
Jatuh sentak
Hilang senyap

Karena damai itu mahal
Tak satupun yang jual murah
Percuma awal beramai
Bila tengahnya ricuh ruak
Akhirnya sepi lagi lalu lagi
Emosi meledak-ledak
Luka dimana-mana
Terbuka, ditutup, terbuka, ditutup
Kapan dunia tenang?

Memilih langkah sepi, lagi.

Biar. Biarkan.
Biarpun buntung
Aku menjajak untung

Medan, 5 Juni 2015
Afif Nabawi

Ceritera Mata

Author: Afif /



Ceritera Mata
Mata memberi tahu segalanya
Faktakah?
Setengah mudah kiranya melihat hidup seseorang
Tidak perlu lidah, mungkin juga telinga pedar

Jelaslah kiranya
Ada mata yang mati
Mata yang diikat sedih
Mata trauma
Mata yang menutup
Mata ini meminta tolong
Hanya kesadaran menggembok kencang

Mata yang menggoda juga ada
Mata yang kerjanya menarik
Apapun yang bisa ditarik
Terkadang jadi ambisius
Bisa juga jadi norak belalak

Masih banyak mata yang lain
Dengan ceritera nya masing-masing

Disetiap tatapan
Maka mata ingin berceritera

Membaca mata itu mengasyikkan
Tapi hati-hati pandangan
Bisa-bisa iman luntur
Bisa-bisa gawat
Ya akuilah terkadang
Memasuki mata orang lain seperti masuk ke kehidupannya
Apa yang telah dia lewati petik lalu petik sekarang
Kehilangan, kebahagiaan, sakit, amarah, penyesalan

Langsung naik ke otak, sambil turun ke hati
Seperti menggantung di dimensi lain
Antara hidup sendiri dan hidup mata itu

Mungkin ini cuma empati berlebihan


Medan, 3 Juni 2015
Afif Nabawi

Khayal

Author: Afif /



Berkhayal Melulu
Aku suka membayangkan
Sampai bayangan aku bosan
Dia sudah lupa menggelitik leherku
Aku sudah tertawa dalam nurani

Kalaulah kalau ada mesin waktu
Berdiri murah
Aku akan pakai untuk mengintip masa depan
Sederas nafsu
Aku hendak menginjak ketakutanku
Supaya aku bijak

Kalaulah jika ada mesin pencetak uang pribadi
Aku akan memecatkan diri dari buku buku tebalku
Aku mau mencari tambatan
Aku mau mencari kesenangan tambahan
Semudah melempar uang kemana mana
Aku juga donasikan, ya, harus ya
Tapi tetap saja aku mau senang-senang sedikit

Kalau ada kantong ajaib
Aku merengek supaya aku makin tampan
Supaya aku bisa kemana saja cepat cepat
Aku mau semakin pintar tapi jangan beruban
Aku mau selalu menggenggam teman
Mau ini, mau itu
Tapi kenapa tiada bisa maunya dia?

Tuh
Benarkan
Lagi-lagi kembali
Bahkan saat aku berkhayal layang
Aku teringat lagi
Tidak ada satupun materi yang bisa membuatnya menaruh hati
Sungguh sebenarnya cinta tak bisa dipaksakan

Mungkin dia berhubungan intim dengan tulus
Bukan tulus penyanyi itu
Tapi tulus saudaranya ikhlas
Dia lebih terkenal, lebih punya banyak fans

Aku harus belajar melihat
Ketulusan beberapa hidung yang mengendusku lewat inginnya
Mereka lebih memberi damai, selain tuhan
Kenapa aku harus menolak hati yang sudah terberi?
Belajar menerima adalah bentuk cinta?

Karena semua orang paham
Ada yang lebih memuakkan daripada mengerjakan tugas akhir
Yaitu membuat orang itu, orang yang dia, jatuh cinta pada kita
Untuk apa menghabiskan waktu lagi

Lembar pertama yang harus kupelajari
Adalah melupakan
Janji kosong, patah lagi

Medan, 1 Juni 2015
Afif Nabawi

Malam Egois

Author: Afif /



Matahari panas mengeroyok
Pantaslah kulit meronta ranting
Pasti semua beroceh
Ada sangka gerah meradang
Ada sibuk mengepel
Ada yang berteduh

Hujan dingin membabi buta
Pantaslah kulit menggigil
Pasti semua beroceh
Ada sangka butuh pelukan
Ada sibuk terpeleset
Ada yang menari 

Bila memang semua terjadi karena alasan
Bolehkah sedikit jelas
Mengapa
Entah itu panas, entah itu dingin
Entah itu menggosong ruam, entah itu membeku kaku
Seperti tidak perduli
Yang berarti cuma waktu
Enggan memberi alasan
Terlalu tegas untuk berjalan mundur

Setelah waktu bisa dikendalikan
Tinggal laksana atur kencana
Tidak bermatahari, jangan juga berawan kecut
Cukup malam
Karena aku egois

Penang, 27 Mei 2015
Afif Nabawi

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.