Garis

Author: Afif /





Kau, aku dia dan mereka
Adalah api yang ingkar pada lilin

Merebus logika
Satu demi satu
Ragu demi ragu
Tiap pilihan adalah seteguk kematian
Hanyut
Yang lain congkak merangkak
Mistis, seraya kita sujud
Kepada tuhan dan para perawan
Yang dengan lugu kita syukuri
Dari dulu itu melulu
Sadar sembari memaklumi

Apa cinta sebegitu diamnya?
Apa menunggu sebegitu muramnya?

Garis antara kau, dia, mereka, yang manapun
Siapa sajalah
Luntur setitik, sebaris, semasa
Apa yang kita pikirkan?

Mengejar cerita yang di ulur keadaan
Atau hanya kerinduan atas sebuah ciuman?

Ku harap aku temukan garisku, dan garismu.


Medan, 1 Juni 2016
Afif Nabawi

Sajak untuk Jalang

Author: Afif /





Perempuan, jangan kau keluar malam
Pada malam yang tumpul
Para lelaki mencari dempul
Di balik sayut mereka hanyut
Mengejar nafsu mencari susu
Kepala panas badan tidak jelas
Lengkaplah bagi kami
Haus, haus
Kami kejar sampai kenyang birahi

Perempuan, jangan kau keluar tubuhmu
Banyak lekuk kami tak bisa tunduk
Bila kau memang jalang
Muram bila kau lelang
Pinggangmu melenggang
Kami menatap kepayang

Perempuan, jangan kau keluar tangis
Kalau memang kau dikekang
Terjebak tegun
Bersabarlah
Yang pantas akan mengagumimu
Yang berandal akan memburumu
Mengganjal, marah, lapar keadilan?
Bukankah tabah nama depanmu

Bila dikata seni, kau marah
Bila dikata makanan, kau marah
Bila dikata rumah, kau marah
Bila dikata setengah, kau marah
Bila dikata manusia, kau bilang kuranglah

Jadi kau makhluk apa?


Medan, 25 Mei 2016
Afif Nabawi

Satu Putaran Alun

Author: Afif /




Diguyur remang di lembabnya alun petang
Siapa kira kau datang

Mohon maaf aku tertantang

Antara umpet dan umpat, aku dijepit remah-remah kesempatan.
Berjumpa keriput di matamu dan keringat di leherku.

Berpura sembunyi dari dosa, sambil menyantap dirimu penuh rasa.

Medan, 18 Mei 2016
Afif Nabawi

Berbincang dengan Waktu

Author: Afif /





Waktu yang belum terjemput
Tercecah rongrong seraya menyusut
Minta disusun minta diusut
Apa hanya aku yang terhasut?


Sapaan, saat masa masih belia
Sekejap seruput kopi di belak sore
Cepat, singkat, tidak tahu diri
Baru kali ini ia belajar
Melambat, makin tersumbat
Waktu, kau sudah jinak


Jangan-jangan jangan kau manja
Berpura berbisik lamunan lesu
Jangan sampai kau ambil orangku!
Aku tumbuh mereka tumbang
Aku sembuh mereka timpang


Haruskah aku berbayar padamu?
Membeli menit-menit yang kau tabung sampai kembung


Antara aku yang ditangis
Atau kau yang diemis



Medan, 15 Mei 2016
Afif Nabawi

Rantai Makanan

Author: Afif /



Tidak ada kerja
Kerja jadi apa
Apa bisa kaya?
Kaya harta tapi sepi
Sepi tapi kaya juga senang
Senang senang lupa kawan
Kawan sapalah aku
Aku jadi beban
Beban bukan negara
Negara aku tak peduli
Peduli apa mereka padaku
Padaku aku malu
Malu sendiri
Sendiri sampai mau muntah
Muntah, muntah yang banyak
Banyak tidur aku hampir meninggal
Meninggal nanti aku bagaimana
Bagaimana keluarga?
Keluargaku cukup
Cukup satu wanita?
Wanita beribu aku mabuk
Mabuk kerja sampai beranak
Beranak berapa aku nanti?
Nanti aku pakai pakaian bagus
Bagus tampangku bagus jodohku
Jodohku... mungkin sedang diambil orang
Orang kaya, orang fana, aku tak perduli
Perduli dengan apa aku dihidup
Dihidup ini aku cuma sebentar
Sebentar tawa, sebentar tangis
Tangisku di malam
Malam itu, malam ini aku cuma tidur
Tidur kali ini aku mimpi
Mimpi kosong, sampai besok
Besok aku sibuk tidak?
Tidak ada kerja


Medan, 10 Mei 2016
Afif Nabawi

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.