Kebencian hidup, menjalar kelam
menjadi tinta pikiran
Kita pikir kita benar
Kita pikir mereka salah
Kita pikir kita salah
Kita pikir kita tak diterima
Kita pikir kita benar
Kita pikir mereka salah
Kita pikir kita salah
Kita pikir kita tak diterima
Lalu tumbuh bijinya
Terminalnya, ialah marah, sedih, kecewa, muak, mati
Mereka menggembok mata
Bangun tembok untuk kebaikan
Menunggu disembuhkan
Terminalnya, ialah marah, sedih, kecewa, muak, mati
Mereka menggembok mata
Bangun tembok untuk kebaikan
Menunggu disembuhkan
Sungguh dari sesungguhnya
Mana ada manusia paling objektif
Atau manusia paling benar
Karena kalau ada
Mereka sudah transparan, mungkin tak bisa makan, dan tak bisa jabat tangan
Karena mereka malaikat tuhan
Mana ada manusia paling objektif
Atau manusia paling benar
Karena kalau ada
Mereka sudah transparan, mungkin tak bisa makan, dan tak bisa jabat tangan
Karena mereka malaikat tuhan
Rasanya dunia jadi penuh petir
Di setiap jalan, akan ada yang terluka
Tapi tidakkah sedari sadari
Mungkin itulah pedasnya hidup
Ada rasa yang pedih, namun menambah warna
Mungkin hari ini
Aku ludahi pedasnya
Besok
Aku menjulur mencintanya
Di setiap jalan, akan ada yang terluka
Tapi tidakkah sedari sadari
Mungkin itulah pedasnya hidup
Ada rasa yang pedih, namun menambah warna
Mungkin hari ini
Aku ludahi pedasnya
Besok
Aku menjulur mencintanya
Maka tinggalah diri
Belajar sendiri
Belajar sendiri
Medan, 25 April 2015
Afif Nabawi