Kejar!

Author: Afif /



Di masa yang lapang ini
Tiada tahu dimana
Tiada tahu sedang apa
Ada yang menikmati kebebasan
Itu aku

Lupa ini hari apa
Seperti lupa sarapan makan apa
Mirip jalan tanpa niat
Ada yang begitu
Itu aku

Sedang linglung kikuk
Jalan mana yang dipatuk
Jingkrak di tempat sendiri
Ada yang bising
Itu aku

Kepala berat
Bukan karena cobaan
Tapi karena ilham
Terlalu banyak perspirasi
Bukan hanya inspirasi
Serasa bisa menghidup yang wafat
Ada yang sombong
Itu aku

Foya-foya sampai koit
Tidak sadar kantung haus duit
Hutang ke ibu, piutang ke kerabat
Ada yang merasa hebat
Itu setengahnya aku

Tidak merasa cinta
Sepi suntuk mati muntah
Terkungkung melintah
Kegemarannya berdoa
Merasa kecil acap diinjak
Takut membelalak cermin
Kerap tidak pantas
Ada yang merasa itu
Jelas itu bukan aku

Karena aku sedang mengejarmu!


Medan, 1 Maret 2016
Afif Nabawi

Amarah

Author: Afif /



Nanti bila sudah waktunya
Ada wajah dan kata yang terlupakan
Bilamana waktu dan tenggat mengulah
Sedikitnya merembes kembali
Sungguh kita akan sesali

Bila tiap manusia ada batasnya
Baik amarah maupun bertamah
Maka bersyukurlah
Kau bukan tuhan

Ada yang bilang marah itu menyenangkan
Semua di tengkuk kendalimu
Kau teriak, orang terbentak
Kau diam, orang tenggelam

Di selip tiap amarah
Akan selalu ada trik manisnya
Kau bisa berpura
Cuma bermain seputar manisan bibir
Atau mungkin sedikitnya bergumam
Biasanya kau langsung lega
Atau bisa juga dengan diam saja
Kau hanya perlu menghapus wajah orang
Yang paling berdosa bagimu

Lantas datanglah lagi
Ada sepasang macam orang dengan marahnya

Kau bisa tahan dengan orang
Yang di tiap nafasnya
Dan laparnya
Ia marah
Kau salah
Ia marah
Kau senang
Ia tak senang
Lalu ia marah
Ia marah
Ia tidak senang
Kemudian ia marah lagi
Watak ini, watak yang tak pernah tenteram

Tunggu dulu
Ini belum selesai
Kau bisa sumbat telinga anggar dudukan
Jangan kau pedulikan
Namun jangan pernah kau kecewakan
Orang yang tidak pernah marah padamu
Karena kau tahu apa yang lebih buruk dari semua amarah?

Adalah mereka yang tidak membiarkan dirimu tahu
Sampai kapanpun
Kau tidak tahu
Apakah mereka marah atau tidak
Kau bahkan tak tahu

Marahnya mereka, adalah marah yang paling terpendam
Dan yang paling kejam
Karena mereka mengurungmu
Dalam tanda tanya yang bertanya mengapa


Medan, 27 Februari 2016
Afif Nabawi

Alasan Wanita Suka Hujan

Author: Afif /



Remang pagi
Menyenter remah roti
Bebas terjemur matahari
Harum pakaian merimbun
Sehidup nafas baru
Dan liur yang membiru
Demi apapun
Semua terdengar merdu
Di telinga-telinga busuk

Ketenangan ini
Mirip lamunan di sore
Sebelum hujan
Yang tidak jera terjatuh
Walaupun tahu ia kesakitan

Mungkin itu alasannya
Begitu banyak wanita
Cinta pada hujan
Mereka ingin lihat pria
Disakiti berkali-kali
Namun tetap datang
Sudah tahu tetap menabrak
Sudah tahu terpecah terjerembab
Masih saja datang
Kata mereka
Ya, kata para wanita
Lelaki harus selalu mengejar
Lelaki harus kuat
Kalau lemah, kalian enyah
Lelaki tidak mengerti
Lelaki harus beri waktu
Lelaki harus membujuk
Lelaki harus belajar
Lelaki harus sabar
Lelaki tidak pernah benar
Karena kalau lelaki benar
Maka ia tidak punya wanita
Maka lelaki akan tetap jatuh
Supaya tetap jadi
Hujan untuk wanitanya

Berbeda adanya di kepala ini
Ada pencarian yang tak terucap
Yang tak perlu semua orang paham
Sembunyi mengekori candaan
Sembari menunggu pujaan
Yang entah terlewat, entah sedang sekarat

Masa bodoh
Setidaknya misteri tentang hujan
Sudah terkuak
Itu sudah cukup
Siapa yang mau jadi budak wanita?


Medan, 14 Februari 2016
Afif Nabawi


Maling Lugu

Author: Afif /



Untuk maling lugu
Yang semalam membobol sarangku

Bila kau tertangkap
Dan kau diringkap

Ini yang akan ku lakukan
Ketika aku berkencan denganmu

Tidak seperti orang berang dijalanan
Yang alas kakinya di colong
Biasanya mereka akan memaki
Lalu memukul tiada ampun
Maka kau harus ingat
Aku akan menyiksamu luar dalam

Aku akan ikat kau di tiang tinggi
Begitu menjulang sampai kau berdoa kau jatuh
Aku datangi kau dengan ringisan
Tanda puas kau akan mati

Mari kita mulai, perlahan
Jangan harap aku akan kasihan
Kapan lagi aku bisa beringas
Kau memang sedang naas

Aku buat kau menatap mataku yang tak sabar
Melihat matamu ketakutan
Sedikit saja aku bisikkan ini
"Tolol, bersiaplah kau tersiksa. Jangan harap selesai disini. Bila neraka ada, maka iblis akan membantuku menyiksamu. Aku sudah berdoa agar kau mati setelah kau mati."

Dengan santai aku berjalan ke belakangnya
Aku jambak rambutnya
Tidak di depan
Di tengah
Sekencangnya
Tiap teriakannya mirip terompet tahun baru
Pada masa itu aku sudah terbahak
Dipadu dengan ringisannya
Aku akan tarik terus sampai rambutnya tercuri
Seperti dia mencuri hartaku

Tahan ceritanya sebentar
Aku bersigap mengambil pisau
Kubumbui dengan cuka dan merica
Ku iriskan wajahnya
Seperti make up ibu renta
Dari bawah mulut
Pipinya akan habis kusilang
Lalu ku berikan dihadapannya cermin
Aku kembali tertawa

Ternyata aku punya ide lagi
Aku teringat aku benci dokter gigi
Akan kubuat dia juga
Sayang aku tidak punya bius
Kasihan dia
Jadi aku bawa gunting dan tang
Ku gunting gusinya sedikit
Kubiarkan saja
Sisanya kupanen dengan tang
Pesta darah!

Kapan aku bisa puas?
Tidak sekarang
Warna merah kental terlalu manja bagiku
Aku butuh kembang api
Dan hitam oli
Aku loncat ke garasi
Ambil si bening
Ku siramkan hanya di kaki dan tangan saja
Semua sudah siap?
Mari mainkan petasan kita!
Lilin ulang tahunku masih ada
Ku oleskan di minyak tadi
Luar biasa
Baru kali ini aku melihat selebrasi
Lebih meriah dari sunatan masal

Yah mungkin aku sudah puas
Belum
Aku ingin buang air kecil
Mungkin karena terlalu banyak tertawa
Mulutnya sepertinya bisa menampungnya
Ku lakukan saja
Ternyata dasar aku kotor
Semua badannya kena
Ya sudahlah
Sekalian dia mandi
Toh airnya juga bagian dari seniku
Sekalian pengampunannya

Asik sekali
Kutinggal dia
Untuk pesta besok lagi


Medan 11 Februari 2016
Afif Nabawi

Biodata

Author: Afif /



Perkenalkan
Akulah serigala

Sebelum kau ratapi aku
Aku sudah merajam mengutuk diriku

Disaat saat aku menengadah
Aku kembali ke wadah gelap

Datangilah aku
Dan bersiaplah
Untuk melankolia

Kau boleh melihatku
Silahkan sentuh aku
Dari ucapan, dari terkaan dan dari doa

Pantanglah jika kau menarikku
Kau salah langkah
Karena aku tidak akan mati
Dan kau tidak akan mengerti

Nikmatilah sela seluk misteriku
Aku begitu adanya
Bila kau terjebak
Telanlah resikomu sendiri
Aku bukan malaikat

Lihat dibelakangku
Aku mengoleksi topeng
Mintalah aku memakainya
Akan kupasang yang mana yang kau ingin

Takkan pernah ada yang melihat wajah asliku
Wajah yang kubenci
Dan ku bunuh setelah ku caci

Aku akan cinta bersembunyi
Dan bermain dengan karya bernyawa
Izinkan aku berterimakasih
Bila kau mau jadi penontonku

Dan bila kau tertawa, itu hakmu
Dan bila kau tertangis, itu kutukanku

Bersyukurlah
Kau bukan aku
Tidak ada yang menjadi aku
Dan aku berhenti mencari tambatan

Sungguh, tidak ada yang tahu rasanya
Membunuh diri sendiri di tiap malam
Dan kembali hidup esok kelam

Menyimpan rahasia
Dan berpura bahagia

Medan, 12 Januari 2016
Afif Nabawi

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.