Karya

Author: Afif /



Ketahuilah
Ayah
Ibu
Adik
Kakak
Sahabat
Terkasih

Ketahuilah aku ini abadi

Bukan
Aku bukan tuhan
Nanti
Bila saatnya menjulang jemput
Aku akan mati
Seperti kalian

Mungkin lebih cepat aku
Siapakah tahu siapakah mau

Sungguh
Aku abadi
Karena aku punya cinta
Tertanam dalam dalam kenangan alam sadar
Sudah ku pupuk sudah ku hunus
Berakar sampai kedalam dalamnya tidur dan bangun
Seperti kalian bertanam cinta kedalamku
Setiap harinya, setiap kedipannya, setiap kecupannya
Terimakasih

Namun
Bila memang itu tidak cukup
Aku akan tetap hidup
Karena aku punya karya
Seaslinya cerminan diriku
Tersebar di dunia nyata dan dunia maya melata
Ku lahirkan setiap saat
Di malam dan putaran paginya hingga ajal melirik manja
Aku meraja dan bersahaja

Sadarlah
Salah bila aku berkarya agar aku menyombong
Bilanglah itu, maka mereka beromong kosong
Aku berkarya karena aku bahagia
Aku bahagia karena aku abadi

Bila kalian rindu nanti
Jumpailah karya-karyaku
Coretanku
Gubahanku
Merekalah anak-anakku
Anak dari aku dan kenanganku bersama kalian
Saksi hidup sementaraku
Bukti yang tiada mati

Disetiap dari mereka ku bagikan cinta
Tanyakan pada mereka bagaimana aku hidup
Ditengah ayah
Ditengah ibu
Ditengah adik
Ditengah kakak
Ditengah sahabat
Ditengah terkasih

Mereka akan katakan,
Bukan dengan lirih
Hanya dengan berkaca senyum
Bahwa sungguh
Aku hidup dengan cinta
Aku sedih dengan cinta
Aku bahagia dengan cinta
Aku mati dengan cinta

Dan aku abadi karena cinta


Medan, 11 Oktober 2015

Sayang, Skripsiku Sayang

Author: Afif /



Sayang
Skripsiku
Skripsiku tersayang

Jangan belai telingaku malam ini
Bokong pembohong ini sudah tekor telungkup
Sengau bernafas menciut keriput

Mendengar suaramu di setiap lembar
Berlapis lembar, bersusun angka, berurai kata
Bercetak miring, ada yang tebal

Lama lama aku bebal
Sudah cukuplah kau bertamu di malam melankolisku
Tata kramamu bertuliskan kewajiban
Semoga kau cepat tamat
Semoga kau cepat tamat
Semoga kau cepat tamat
Aah, senyaplah!

Mengertilah aku sedikit
Dasar pentamak waktu!
Aku punya kehidupan
Kalau kau punya hobi bermanja
Hinggaplah di kepala keriput yang lain

Mulai sekarang kita jalan masing masing
Kejarlah aku, kau kulempar


Medan, 7 Oktober 2015
Afif Nabawi

Penanti Pengganti

Author: Afif /



Banyak orang berujar
Tentang bagaimana cinta tidak akan terganti
Tidak akan bertemu tambatan yang sama
Segalanya akan berbeda
Karena semua orang kodrat tak sama
Dari telinga kiri, sembari telinga kanan
Ku cerna cermat
Kata-kata ini

Sudah dapatkah dirimu?
Penjinjing kodrat yang melebihi diri ini
Karena aku percaya
Aku percaya akan selamanya
Dan aku percaya
Semua orang tergantikan

Kita semakin terpisah remah
Bukan jarak tanah usang
Hanya jarak yang kita untai perlahan
Aku kehilangan tawaku
Kau kehilangan ceritamu

Di nanti kelabu
Babulah dirimu
Seraya menikmati denting semujur
Bersama pengganti wujudku
Mencibir membaru haru
Sebarkan lembar-lembar tangkapan foto

Kau memang palsu, pelaku!

Karena percayalah, kau yang merugi
Aku hendak lekas bertemu penggantimu
Lalu aku balaskan dendam terpendam
Baru kau menyesal, baru aku menang
Baru aku bahagia, diapit ketulusan
Baru kau bahagia, dijepit kepalsuan

Semoga keabadianku terjejak sedalam nadimu
Agar makin sakit seiring bertamu


Medan, 5 Oktober 2015
Afif Nabawi

Agen, Agen Kebahagiaan

Author: Afif /



Luka di kaki
Tawa di bibir
Tunda bicaranya
Hanya mata kita bertangkap, berbincang
Karena cerita kita berawal dari awalmu
Menjajah alamku

Mengundang tamah
Perhatian merebah
Aku datang dia datang
Kami enggan pergi
Kami memilih dan dipilih

Kami datang layaknya agen
Ya, kami punya radar
Menebar kebahagiaan
Bukan pada semua pujaan
Hanya dua diantara kami
Saling bersembunyi dan berbisik
Saling bergenggam bermunajat
Berlutut pada kesederhanaan yang sempurna

Kami mengoleksi mimpi
Terlalu aneh untuk diringkas
Terlalu gila untuk dilahap
Cuma kami yang paham
Sesayang orang lain tak berwaham

Biarkanlah kami bermalam dan berbincang
Bukan untuk lancang
Hanya kami senang
Beban teruntai menggugurkan diri
Hanya canda menari sembari

Tidak usah tanya kami mau kemana
Kami juga penasaran
Tapi kami tidak perlu tahu
Karena hati menyimpannya rapat
Dan berbungkus doa yang kembali tergantung tinggi

Sedikit, sedikit, lalu sedikit lagi
Tanpa menghitung apa yang terbelakangi
Kami siap untuk menjalankan misi
Karena kami yakin,
Kebahagiaan mengelilingi kami

Tunggu cerita kami selanjutnya ya!


Medan, 11 Oktober 2015
Afif Nabawi


Permainan untuk Anak Tua

Author: Afif /



Di remang senja, remis hujan bergilir
Di depan layar teras, bocah botak bermain bola
Dikejar sobatnya yang botak juga
Dua gundul mengejar bola, lah kami yang tua-tua ini
Mengejar cinta

Jaman dulu
Kami yang tua ini juga bermain
Bukan sekedar main bola
Semua urung permainan kami sentak
Jangan sombong, tuyul-tuyul imut!

Nikmati dulu saja dik
Kami yang tua ini, sudah ada permainan baru
Namanya permainan cinta
Pernah dengar?
Belum pastinya
Tahu apa kalian bocah

Nih
Kami beri ceritera

Tidak semua dari kalian bisa bermain
Kalian harus rupawan dan jutawan
Harus pandai bercakap memikat
Harus dikenal biar tidak terpental

Di permainan ini
Kalian harus hati-hati
Kalian tidak bisa mati
Karena sebelum kalian mati, hati kalian remuk lesi
Tenang saja, kalian akan bersenang
Tapi jangan bawa hati kalian
Simpan rapat di lemari

Langkah awal kalian
Jangan sentuh buku bertulis kata tulus
Atau jangan katakan ikhlas
Itu semua curang
Jadi jangan lakukan itu
Karena semua yang dalam permainan ini, juga begitu
Penuh siasat

Sikap siap!
Kebohongan adalah makanan utama kalian!
Berbohonglah sepuasnya tentang hati dan iba
Setelah itu bungkus ia dengan janji-janji
Biar makin tajam
Biar selalu dalam

Lalu, awas ikatan mereka!
Kalau mereka mengikat, tandanya mereka ingin berhenti bermain
Kalau tidak, kalian sedang bermain, anak-anak!
Sisipilah kata-kata manis
Buat mereka tertegun harum terikat
Nikmati saja sampai kalian merasa hina
Namun kalian tak hirau

Sudah kalian rasa lama?
Ya sudah
Toh mereka akan melepas
Janji mereka
Kata mereka
Mereka akan cari yang lain
Cari mereka yang lain
Ulangi lagi
Sampai begitu, baru kalian pulang ke rumah, supaya Ibu kalian tidak memukul panci gosong

Besok kita coba main itu ya!


Medan, 2 Oktober 2015
Afif Nabawi

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.