Moratorium

Author: Afif /



Seabad alam pikirku yang lalu
Aku benci anak kecil
Egois
Maunya dunianya hidup
Tak bisa mengurus
Tak bisa mengendus
Hanya disuapi nasi bungkus
Sambil mengusap ingus
Kemudian teriak "haus!"

Masa kecil serasa mimpi
Begitu cepat
Aku sudah tinggi
Mirip cemara saat pagi
Sudah banyak berteman
Berkumpul mirip burung di taman
Sudah semakin culun
Dulu banyak yang bilang aku lucu
Semakin kurus
Seribu hal ku urus
Aku sudah lupa
Waktu aku seumur bocah

Sekarang
Tiap aku lihat anak kecil
Aku iri
Mana kenal mereka masalah tugas
Atau perkara tabungan
Mungkin juga kesehatan
Kemudian pikir orang tua
Terlebih perihal hati
Atau barbel beban hidup

Makanya
Soal robotan mereka akrab
Mobil-mobilan mereka jajah tiap hari
Kemudian tertawa
Dihias sedikit rengek manja
Tak senodapun terpikir besok harus apa

Sadarku ditampar petugas airport
Aku harus segera melempar passport
Tapi aku malas
Disamping kananku
Ada anak kecil
Rambutnya warna coklat, ikal, mirip mie goreng
Pipinya segemuk pahaku
Namun siapa peduli
Dia pun tidak
Dia menari sendiri
Lompat-lompat
Berjoget tiada musik
Padahal ia dipanggil bapaknya
Dia tak peduli
Joget terus joget melulu

Aku ingin seperti dia
Berjoget juga
Lupa segalanya
Campak beban besok, beban lusa, beban minggu depan, beban bulan depan, beban tahun depan
Aku mau main terus
Aku mau beli mainan lagi
Aku mau pamer ke teman-teman
Aku mau main lagi sama mereka
Aku mau menangis rengek minta sate
Setelah makan sate aku makan bakso
Setelah makan bakso aku makan keripik
Lalu aku tidur, nyenyak
Jika aku dibangunkan, aku terus tidur
Aku tak peduli
Kenapa harus peduli?

Oh iya,
Aku sudah dewasa.
Sial.

Semoga anak tadi tetap berambut coklat

Penang, 28 Mei 2015
Afif Nabawi

0 komentar:

Posting Komentar

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.