Cinta

Author: Afif /


Apakah memang dirimu?
 

Dari setiap huruf yang ku lingkar
Dan tiap kata yang terhatur
Akhirnya aku kalah
Lagi
Dengan otak yang menunduk dan hati yang meraung

Susuk apa yang kau semat?
Aku mencongkak diri
Memaksa mencari hidup baru
Kenapa kelopak mataku masih memburu lingkar hidupmu?
Aku beralih dari dunia apapun
Seperti tidak punya bumi lagi
Aku hidup, diisimu
Kekal
Lekat
Aku suapi kepalaku dengan perihal
Dari mulai kecil, sampai jumbo
Dari langkah sejarak, hingga lompat mati
Selalu berakhir dengan matamu
Selalu berakhir dengan kabarmu
Kenapa?

Terbalik fakta hati terlahap demi lahap
Bisa lebih pantas apa aku untukmu
Imanku setipis pelipis
Bukannya aku rendah diri
Hanya aku realistis
Bila pada akhirnya pun kita bergandeng dahaga
Pada setiap nada melankolis
Jarang kau bahagia

Kata tuhanku
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik
Sebagaimanapun aku mencoba untuk menjadi baik
Topeng-topengku akan selalu meradang
Mencuat keluar
Berdoa kau melihat sisi lain kertas pribadiku
Maka, untuk apa aku menguncimu kecut
Bila pada akhirnya tidak hakku darimu

Yah, rintik piano bernyanyi lagi
Selalu jadi petik pengulum luka
Setiap hari luka
Tapi aku muak bercerita
Kau mungkin tak akan tertarik
Entah mungkin acuh
Lagipula untuk apa aku mengeluh di bisikmu
Sudah banyak bebanmu
Aku, pecintamu, adalah bebanmu

Yang terpedih mungkin tertanam
Di masa semua inderaku terkunci padamu
Saat serigala hitamku jinak, seliar apapun beliau
Aku benci terjebak dengan dirimu
Tapi aku cinta dirimu
Bukan wajahmu
Bukan sifatmu
Bukan tubuhmu
Bukan pintarmu
Aku cinta dirimu

Apa sih?

Apa ini?

Apa maksud tuhan?
Kenapa aku punya hati?
Apa fungsi hati?

Kau tak perlu iba
Kau akan sulit mengerti
Aku paham
Aku ikhlas

Duduk
Di pojok paling pojok yang bisa kusapa miring
Dan berkontemplasi
Lalu berprasangka baiklah
Pada ku, mu, dan tuhan kita
Sepolosnya kesimpulan
Di nanti aku bukan di samping matamu
Maka aku harusnya bersyukur
Karena tuhan memilih sejantan sebaiknya
Untukmu

Bila ada memang pemujaku dahulu hulu
Mungkin ini karmaku
Mungkin mereka merasa sama
Tapi aku sehidup
Mengerti apa yang kau rasa
Karena tak ada rasa
Yang bisa dipaksa

Bulan merah dan udara beku
Sepertinya ini waktu aku kembali bangun
Ketahuilah aku ini perasa
Karena di setiap tanda tanyaku
Akan selalu ada tanda koma mu
Hanya tuhan yang memberi tanda titik

Aku tidak akan bilang kau cinta sejatiku
Tahu apa aku
Aku pun sebodohnya filsuf
Aku juga bukan cinta sejatimu
Namun dalam ketidaktahuanku
Aku sejatimu
Ingatlah aku disetiap coretan lukisanmu
Seperti aku ingatmu di setiap jariku bertemu senarnya
Ingatlah aku di setiap suaraku
seperti aku ingatmu di setiap suara yang ada
Ingatlah aku di setiap sepimu
Seperti aku ingatmu di setiap kedipku
Ingatlah aku di setiap bahagiamu
Seperti aku ingatmu di setiap doaku

Menunggumu adalah mata pencaharian
Datanglah kapanpun kau sadar bayangku
Tidak terjentik sedikit benci untukmu, tidak sejentik
Bagilah ceritamu, tampolkan keluhmu, tularkan tawamu
Aku terima, apapun itu

Sungguh
Aku hidup ketika mengingat tuhanku dan dirimu
Cinta.

Aku akan melahap matamu di alam mimpi


Medan, 23 Mei 2015
Afif Nabawi

0 komentar:

Posting Komentar

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.