Dalam Rahasia yang Tiada Habisnya

Author: Afif /



Aku bergandeng dengan kunang-kunang
Di depan tempat kita bertemu
Yang kita lupakan
Karena wajah wajah kita
Memeluk satu sama lain
Tak perlu tangan
Atau badan

Aku melepas gandenganku
Karena darimu sudah berkelip
Rasa canggung, kepayang, dan sedikit pusing
Tentang betapa malam itu tidak bisa lebih sempurna

Ketahuilah aku menjadi bodoh ketika bersamamu
Mulut mati kelut
Rasa mati asa
Menjemput rasa tunggu
Satu hari serasa satu uban
Aku ingin jadi bodoh selalu
Karena malam ini tidak cukup
Setidak adil pagi melahap subuh
Aku ingin lagi!

Aku sudah siapkan kata-kata
Aku lupa
Tapi siapa tahu
Kau pun entah percaya
Tentang bagaimana memendam
Bagaimana mengintai dari khayalan
Bagaimana kalut dan kalap
Kubawa lalai dan lelap
Setia pada gelap

Pada akhirnya memang hanya kau
Pucuk kiblat petik puisiku
Tidak perlu aku taburkan di depanmu
Biar itu jadi santapan jam sepi pribadi

Pada akhirnya memang aku belajar
Kita di tengah banyak jembatan
Penuh resiko, penuh cobaan
Yang kadang perasaan
Cuma jadi arus gemercik
Yang kadang cinta buta
Cuma jadi perahu lewat
Yang kadang obsesi
Cuma jadi karang basi

Untukmu
Yang dalam diamnya bersahaja
Yang tidak pernah tidur namun bertualang
Cintaku, akan selalu ada
Tidak usah dipaksa, ditarik, atau disesal
Lepas, lepaslah
Sungguh, bersungguhlah
Aku tetaplah aku
Karena aku ikhlas.

Begitupun dengan tulisanku yang kali ini
Aku kosongkan beberapa larik
Agar sama seirama masa depan kita

Begitu misterius
Begitu luas
Begitu bebas

Biar kita yang gambar lagi
Di atas meja
Bernama waktu
Dan di bawah lampu
Bernama takdir

Bila telah cantik menurutmu
Jangan lupa membungkusnya
Dalam rahasia kita
Yang tiada habisnya


Afif nabawi
Bandung, 4 januari 2016

0 komentar:

Posting Komentar

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.