Dipelupuk harapan yang tolol
Aku dijebak pikir berbotol
Aku dijebak pikir berbotol
Dulu aku mengejar tulang belulang
berbaju emas
Tersangkut mimpi terhimpit harap
Raga terisak mengadah kau jadi tumpuan
Lagi aku lalap terlelap
Padahal tiada bersedekap padamu
Kau mungkin hanya bayang bisik hantu
Selalu ada, selalu disekitar, namun jengah bergapai
Tersangkut mimpi terhimpit harap
Raga terisak mengadah kau jadi tumpuan
Lagi aku lalap terlelap
Padahal tiada bersedekap padamu
Kau mungkin hanya bayang bisik hantu
Selalu ada, selalu disekitar, namun jengah bergapai
Tidak di atas, bawah, kiri, kanan,
depan belakang
Di tengahku selamanya ada gadis desa ini
Di tangannya mengayun keranjang berisi memori
Di kepalanya menyandar tumpukan harapan positif
Di tangannya melembut semayam teka-teki
Di hatinya berpendar teguh ketulusan sejati
Di tengahku selamanya ada gadis desa ini
Di tangannya mengayun keranjang berisi memori
Di kepalanya menyandar tumpukan harapan positif
Di tangannya melembut semayam teka-teki
Di hatinya berpendar teguh ketulusan sejati
Jatuh dari jari tuhan
Domino pendamping lebam hidup
Aku seperti biasaku, jadi serigala hitam di kelam malam
Di depanku hantu hidup yang tak sadar itu aku aumkan
Di belakangku si gadis desa yang memanggil kuping kuningku
Domino pendamping lebam hidup
Aku seperti biasaku, jadi serigala hitam di kelam malam
Di depanku hantu hidup yang tak sadar itu aku aumkan
Di belakangku si gadis desa yang memanggil kuping kuningku
Lingkaran keran ini selayaknya
mengalir
Aku menyala merinding suara
Aku dibenanginya hantu
Aku dikejarnya gadis desa
Aku menyala merinding suara
Aku dibenanginya hantu
Aku dikejarnya gadis desa
Haruskah aku memilihnya?
Atau
Haruskah aku memilihnya?
Atau
Haruskah aku memilihnya?
Medan, 3 Maret 2015
Afif Nabawi
0 komentar:
Posting Komentar