Di depan puluh mata
Berdiri
Sendiri, dengan topi terhangat
Menghidup tombol besi
Pengeras suara ara perkasa
Sendiri, dengan topi terhangat
Menghidup tombol besi
Pengeras suara ara perkasa
Di jemariku
6 senar berdendang bahagia
Seperti ingin malam pertama
Pada tambatan lagu yang dirindukan
6 senar berdendang bahagia
Seperti ingin malam pertama
Pada tambatan lagu yang dirindukan
Karyaku, adalah anak-anakku
Aku banggakan mereka ke selusung negeri kota
Tunggu dulu
Anak-anakku bukan anak biasa
Mereka tahu isi jiwa ini
Meraung bertantang gugup raup
Aku banggakan mereka ke selusung negeri kota
Tunggu dulu
Anak-anakku bukan anak biasa
Mereka tahu isi jiwa ini
Meraung bertantang gugup raup
Dan terjadi
Hal yang sejadi aku
Ini dunia cintaku. Benar cintanya.
Telapak tangan berhajar telapak tangan
Mereka beratus kali, beribu kali
Setiap tabrakannya memuntahkan amanah dalam
Ku balas dengan sepintas lantunan
Hal yang sejadi aku
Ini dunia cintaku. Benar cintanya.
Telapak tangan berhajar telapak tangan
Mereka beratus kali, beribu kali
Setiap tabrakannya memuntahkan amanah dalam
Ku balas dengan sepintas lantunan
Kemudian
Di masa bibir bajaku tersenyum
Aku berprosa dalam nada
Nikmat menembus ulam dada
Di masa bibir bajaku tersenyum
Aku berprosa dalam nada
Nikmat menembus ulam dada
Medan 19 Maret 2015
Afif Nabawi
0 komentar:
Posting Komentar