Hantumu Hidupku

Author: Afif /





Aku berbaring disandera kegelapan
Menatap kosong, lurus tanpa berdetik
Aku melihat dirimu
Kenapa harus dirimu?

Kalau ku elus selubung sadarku
Kau bukan mukjizat
Kau biasa
Tapi kenapa kau?

Serong kemanapun aku
Aku akan melihat wanita
Ada yang menjilat mataku
Ada yang menginjak rupaku

Aku pun bukan mukjizat
Aku biasa
Tapi kenapa aku?
Kenapa aku dengan kau?

Kau bukan tega
Bukan juga sadis
Tapi kau gila
Kau putih tapi kau warnai penglihatanku

Melihatmu dari datar layar
Seperti ingin menangis
Sadar aku itu apa
Sadar kau itu apa

Mendengar suaramu tertawa
seperti ingin marah
Sadar aku bodoh
Sadar kau beda

Aku sujud hanya karena rupamu
Aku ingin hanya karena hatimu
Aku dekat hanya karena hantumu
Aku hanya karena dirimu

Kau buat aku jadi serigala hutan
di persimpangan jalan
Di kanan jalan tuhan
Di kiri jalan tuhan

Aku ambil kanan
Aku kejar kau sampai aku mati
Aku jadikan kau betinaku
Aku makan semua penghalangku

Aku ambil kiri 
Aku lepas kau sampai kau tertangis
Aku lupakan jejengat manis
Aku muntahkan semua kenanganmu

Tolonglah
Aku ingin sekali baca pikiranmu
Aku ingin sekali kaya sekaya bumi
Aku ingin sekali melahap waktu jemu ini

Aku benci hantumu
Tapi kau beri aku alasan
Aku lakukan hidupku untuk bersatumu
Tapi apa ini yang kau mau?

Jalanku dan jalanmu, jauh
Bedaku dan bedamu, tolak
Depanku dan depanmu, delusi
Aku dan kamu, ah entahlah

Kalau sudah miris
Aku jadi melankolis
Malam jadi sarang setiaku
Gitar jadi kupu-kupu sewaanku

Aku tahu
Menulis puisi pun percuma
Entah kau baca, entah tidak
Hanya klise mentah semata

Aku tahu
Menada lagu pun lekang
Entah kau temani, entah tidak
Hanya kerikil getah semata

Tapi kau harus tahu
Kalau aku cinta
Aku dibayur cabai
Terbakar dari dalam

Kalau aku cinta
Aku tidak membual
Aku menjual tulus
Aku merongrong doa

Kalau aku cinta
Aku rela melepas biar kau cari jantanmu
Aku mati memikirkan ubun wujudmu
Aku intai kau supaya nadiku puas

Riya ya riya lah
Aku tak peduli
Kalau ku pendam aku takkan tidur
Salahkan saja hantumu

Biarlah orang melirik puisi ini
Hanya aku, hatiku, dan tuhanku yang meniti
Tak ada yang lain yang akan membuka
Topengku sudah kuikat dengan kulitku

Ini tangga pertamaku
Kau, bersiaplah
Karena kau jadi alasanku
Bernafas tanpa hidung yang menganga



Medan, 6 Februari 2015
Afif Nabawi

0 komentar:

Posting Komentar

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.