Kakek Kelinci

Author: Afif /


Titik rintik menunduk, di peluk oleh kacamata yang tersenyum
Sepi
Ramai
Hati
Perangai
Retina mata meneropong mata yang lain
Bicara, mencoba, ah sudahlah, layar takkan berceloteh.


Waktu adalah makhluk yang jahil
Kerjanya, menggaruk otak untuk terus berdansa dengan kecemasan
Jarak adalah makhluk yang labil
Kerjanya, menselotip kaki dan hati, hanya memberi harapan nafsu
Tekad adalah makhluk yang naif
Kerjanya, menghipnotis wajah insan, siap hadapi angin, tidak siap hadapi salju
Takdir adalah makhluk yang posesif
Kerjanya, mengkandangi keserakahan anak kecil yang bahagia

Cermin tertawa, aku tidak.
Matahari mengkeringati, aku kedinginan.
Tanah dipijaki, aku cium ia.
Buku mengolok, aku minum saja.

Cuma layar itu yang membuat hidungku sujud
Cuma layar itu yang membuat telingaku bernyanyi
Cuma layar itu yang meninju dadaku mencair
Cuma layar itu. Buat aku yakin. Aku yakin. Yakin.

Berjuta jaket pikiran menjamah anak kepala
Beribu kotoran nada sudah dimuntahkan
Berpuluh tubuh tumbuh di barisan sepatu
Hanya satu yang malu, yang pilu, yang mau.

Aku menunggu seperti kakek kelinci
Manja, memuja, seperti semua api sudah aku tiduri
Disana dia. Disini aku.
Disana nirwana. Disini fatamorgana.


Medan, 31 Januari 2015
Afif Nabawi

0 komentar:

Posting Komentar

Puisi Favorit Pembaca

Diberdayakan oleh Blogger.