Jempol kakiku girang tertawa
Menunjuk jalan menuju tirai berbuku-buku
Lampu meliurkan panas putihnya
Bulu hidung bergoyang bercinta dengan aroma ruang
Tubuhku di tahan oleh kursi yang iri pada meja
Sesosok senyum berjubah panjang bertopi pecah
Terberi lembar tebal, licin, halus
Bergambar wanita-wanita berbungkus
Telunjukku menanduk 3 wanita pilihan, pilihan bersisik tatap
Menunggu, seperti menduda selama keriput jadi bulu
Dituangkan air terjun bermanja lidah
Menjadi tempat tidurku nanti dengan pilihanku
Dadaku condong setelah piring gaun itu datang
Di atasnya, terkulai wanita berbungkus yang aku senggol dengan sumpit
Ku baringkan ia di lidahku, perlahan sambil merapat mata
Gigi bergenggam tangan, meragi warna yang tertanam di mulut
Dari tiap gempa kecil, aku rasakan surga
Berbalet dengan kenikmatan rasa nun jauh
Organku bersimfoni dengan nafsuku
Tidak berhenti berdendang dengan nikmat berangka panjang
Perut, tusuk mancungmu
Dompet, julurkan tipismu
Tungkai, lebarkan lunglaimu
Otak, tampari kagetmu
Akan aku nikahi masakan jepang ini!
Medan, Di sebuah restoran, 03-02-2015
Afif Nabawi
Menikah
Author: Afif /
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Puisi Favorit Pembaca
-
Nanti bila sudah waktunya Ada wajah dan kata yang terlupakan Bilamana waktu dan tenggat mengulah Sedikitnya merembes kembali Sungguh...
-
Kita bukan robot Jangan kau paksa yang kau anggap robot jadi robot Kau pun bukan robot Kalau kau pikir robot tak punya hati, lalu ...
-
Memantaskan diri Memantapkan diri Memanjakan diri Memastikan diri Membahagiakan diri Menjamah diri Menjajah diri Mendirikan di...
Diberdayakan oleh Blogger.
Puisi Lainnya
-
▼
2015
(98)
-
▼
Februari
(26)
- Buruk Mimpi Buruk, Mimpi Buruk Mimpi
- Kening Lekang Lembut
- Khayal Biru
- "Pengalaman"
- Urat Taksir
- Ditabok Langit
- Di Tengah Kicau
- Dan Jadilah
- Atap Bintang
- Pengendali Hati
- Kalian Ini Memang
- Sehelai Rambut
- Setia
- Debu Tidur
- Gersang Mimpi
- Berjoget Sampai Mabuk
- Dekap Gelap
- Hati
- Hantumu Hidupku
- Persemutan
- Melengking Sunyi
- Menikah
- Akuilah Aku
- Kau Jadi Aku
- Kakek Kelinci
- Sedia-dianya Dia
-
▼
Februari
(26)
0 komentar:
Posting Komentar